Sabtu, 08 Oktober 2011

Contextual Teaching and Learning (CTL), apa sih??


Dalam dunia pendidikan, istilah CTL atau Contextual Teaching and Learning  bukanlah hal baru. CTL sendiri merupakan sebuah pendekatan atau sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka mampu manangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya pengetahuan dan pengalaman yang dimaksud disini adalah pengetahuan yang yang ada dalam diri siswa serta pengalaman dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Pada awalnya, di era 1980-an CTL dikembangkan di Amerika Serikat untuk menciptakan suatu metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran disekolah. Hingga akhirnya pada awal abad ke-21 CTL ternyata berhasil memaksimalkan hasil belajar siswa karena CTL merupakan sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang mennghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Keberhasilan ini membuat system pengajaran CTL diterima dan menyeber luas keseluruh penjuru dunia termasuk Indonesia.
Dalam pembelajaran CTL terdapat delapan karakteristik yang harus diketahui terutama bagi para pendidik yang menggunakan pendekatan ini, yaitu:
1.    Making meaningful connections (membuat hubungan penuh makna).
Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (learning by doing)
2.    Doing significant work (melakukan pekerjaan penting)
Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai anggota masyarakat.
3.    Self-regulated learning (belajar mengatur sendiri)
Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya, ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada produk/hasilnya secara nyata.
4.    Collaborating (kerja sama)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling memengaruhi dan saling berkomunikasi.
5.    Critical and creative thinking (berfikir kritis dan kreatif)
Siswa dapat menggunakan tingkat berfikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif: dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalahh, membuat keputusan, dan menggunakan bukti-bukti dan logika.
6.    Nurturing the individual (memelihara individu)
Siswa memelihara pribadinya: mengetahui, member perhatian, member harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa.
7.    Reaching high standart (mencapai standar tinggi)
Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi: mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya. Guru memperhatikan kepada siswa cara mencapai apa yang disebut “exelence”.
8.    Using authentic assessment (penggunaan penilaian sebenarnya)
Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna. Misalnya, siswa boleh menggambarkan informasi akademis yang telah mereka pelajari untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata.

Ditjen Dikdasmen menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama yaitu:
1. Konstruktivisme (constuctivism)
Konstruktivisme merupakan landasan yang paling pokok dalam pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas atau masalah-masalah nyata yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menemukan (inquiry)
Menemukan, merupakan kegiatan inti dari Contextual Teaching and Learning (CTL), melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan yang diperoleh siswa diharapkan bukanlah hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, melainkan hasil dari menemukan sendiri melalui siklus : (1) observasi (observation), (2) bertanya (questioning), (3) mengajukan dugaan (hiphotesis), (4) pengumpulan data, (data gathering), dan penyimpulan (conclussion).
3. Bertanya (questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya yang merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL). Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
4. Masyarakat belajar (learning community)
Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Sehingga guru disarankan agar selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.
5. Pemodelan (modeling)
Dalam suatu pembelajaran selalu ada model yang bisa ditiru. Sehingga guru harus memberikan model tentang bagaimana cara belajar, kemudian guru dapat menunjuk siswa untuk memberikan contoh dalam kegiatan belajar. dalam pembelajaran guru dapat menggunakan alat peraga yang membantu siswa dalam menyerap materi atau pengetahuan yang diberikan oleh guru.
6. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau mengulang kembali tentang apa-apa yang sudah dilakukan dan diperoleh di masa lalu.  Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
7. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)
Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan semata hasil, dan dengan berbagai cara. Penilaian dapat berupa penilaian tertulis (pencil and paper test) dan penilaian berdasarkan perbuatan (performance based assessment), penugasan(project), produk (product), atau fortofolio (portofolio).

Melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ini diharapkan kegiatan pembelajaran menjadi mengasyikkan dan bermakna, serta dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi. Buat para pendidik, kiranya pendekatan CTL ini patut diterapkan disekolah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...