Senin, 16 Januari 2012

Identifikasi Masalah Penelitian


Bagi Anda yang ingin melakukan sebuah penelitian, skripsi misalnya, identifikasi masalah penelitian adalah hal pertama yang harus dilakukan. Tidak mudah bagi peneliti untuk merumuskan masalah penelitian, terutama bagi penelitian pemula. Masalah penelitian yang sering dirumuskan terlalu umum sehingga dengan pokok permasalahan yang tidak jelas akan menyulitkan tahap pemecahan masalah, yang meliputi penentuan konsep-konsep teoritis yang ditelaah dan pemilihan metode pengujian data. Semakin spesifik perumusan masalah, penelitian semakin mudah dilakukan pengujian secara empiris, perlu pendekatan sistematis untuk merumuskan masalah penelitian yang baik memudahkan tahap pemecahan masalah sehingga memudahkan pula untuk menetapkan suatu tujuan penelitian.
1.    Definisi Masalah dan identifikasi masalah
Beberapa definisi masalah dari beberapa literature yang berbeda antara lain sebagai berikut:
1.    Problem is a thing that is difficult to deal with or understand ; a question to be answered or solved; esp. by reasoning or calculating (Kamus Oxford, 1995 dalam Notohadiprawiro, 2006).
2.    Masalah diartikan sebagai sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan); soal, persoalan. Permasalahan:  hal yang menjadikan masalah; hal yang dimasalahkan. Masalah adalah faktor yang dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Sugiono 1999).
3.    Masalah merupakan suatu kesulitan yang dirasakan, konkrit dan memerlukan solusi. Suatu kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa yang ada dalam kenyataan atau antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia atau antara harapan dengan kenyataan dan sebagainya (Suryabrata, 2000).
4.    Persolan juga dapat diartikan sebagai tafsir sesuatu yang teramati lewat tanggap rasa, cerapan dan konsep yang ketiganya merupakan cetusan alam fikir dan alam rasa (Notohadiprawiro, 2006)
Jadi berdasarkan beberapa pengertian diatas, masalah dalam penelitian adalah suatu kesulitan yang dirasakan, konkrit dan memerlukan solusi yang merupakan pangkal penelitian. Tidak akan ada penelitian jika tidak ada persoalan. Persoalan (masalah) ialah segala sesuatu yang dihadapi atau dirasakan seseorang yang menimbulkan dalam diri orang yang bersangkutan suatu keinginan atau kebutuhan untuk membahasnya, mencari jawabannya atau menetapkan cara penyelesaiannya.
Identifikasi masalah merupakan proses penyederhanaan masalah yang rumit dan kompleks dirumuskan menjadi masalah yang dapat diteliti atau dicari alternatif pemecahannya.
2.    Identifikasi Masalah Penelitian
Suatu masalah tidak harus menuntut atau menimbulkan suatu penelitian tetapi penelitian dilakukan karena adanya masalah. Jadi seseorang yang akan melakukan penelitian harus menentukan terlebih dulu masalahnya.
Sumber permasalahan berada di dalam lingkungan tempat pengamat berada atau dapat berada di jasmani pengamat. Masalah yang harus dipecahkan atau dijawab melalui penelitian selalu ada tersedia dan cukup banyak, tinggallah si peneliti mengidentifikasinya, memilihnya, dan merumuskannya. Walaupun demikian, agar seorang ilmuwan mempunyai mata yang cukup jeli untuk menemukan masalah tersebut, dia harus cukup berlatih. Menurut Sumadi Suryabarata (2010) hal-hal yang dapat menjadi sumber masalah, terutama adalah:
1.      Bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian
Bacaan, terutama bacaan yang melaporkan hasil penelitian, mudah dijadikan sumber masalah penelitian, karena laporan penelitian yang baik tentu akan mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut dengan arah tertentu. Hal yang demikian itu mudah dimengerti, karena tidak pernah ada penelitian yang tuntas. Kadang-kadang suatu penelitian menampilkan masalah lebih banyak dari pada yang dijawabnya. Justru karena hal yang demikian itulah maka ilmu pengetahuan itu selalu mengalami kemajuan.  
2.      Seminar, diskusi, dan lain-lain pertemuan ilmiah,
Diskusi, seminar, dan lain-lain pertemuan ilmiah juga merupakan sumber masalah penelitian yang cukup kaya, karena pada umumnya pertemuan ilmiah demikian itu para peserta melihat hal-hal yang dipersoalkannya secara professional. Dengan kemampuan professional para ilmuan peserta pertemuan ilmiah melihat, menganalisis, menyimpulkan, dan mempersoalkan hal-hal yang dijadikan pokok pembicaraan. Dengan demikian mudah sekali muncul masalah-masalah yang memerlukan penggarapan melalui penelitian. 
3.      Pernyataan pemegang otoritas
Pernyataan pemegang otoritas, baik pemegang otoritas dalam pemerintahan maupun pemegan ortoritas dalam bidang ilmu tertentu, dapat menjadi sumber masalah penelitian. Demikianlah misalnya pernyataan seorang menteri pendidikan nasional mengenai rendahnya daya serap murid-mirid SMA, atau pernyataan seorang direktur jenderal pendidikan tinggi tentang kecilnya daya tamping perguruan tinggi, dapat secara langsung mengundang berbagai penelitian. Pernyataan ahli-ahli pendidikan dan ahli-ahli psikologi mengenai perlu dan tidaknya serta tepat atau tidaknya penjurusan di SMA seperti yang terjadi sekarang ini, dapat menjadi sumber masalah penelitian pula.
4.      Pengamatan sepintas
Sering kali terjadi, seseorang menemukan masalah penelitiannya dalam suatu perjalanan atau peninjauan. Ketika berangkat dari rumah sama sekali tidak ada rencana untuk mencari masalah penelitian. Tetapi ketika menyaksikan hal-hal tertentu di lapangan, timbullah pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya, yang akhirnya terkristalisasikan dalam masalah penelitian. Seorang ahli ilmu tanah dapat menemukan masalahnya ketika ia menyaksikan keadaan tanah di suatu tempat, seorang ahli kesehatan dapat menemukan masalahnya ketika dia menyaksikan dari mana penduduk mendapat air minum, seorang ahli teknologi gahan makanan mungkin menenmukan masalahnya ketika dia menyaksiskan produksi jenis pangan tertentu yang berlebihan di suatu daerah tertentu, seorang ahli psikologi industry mungkin mendapatkan masalah ketika dia menyaksiakn bagaimana sejumlah karyawan pubrik melaksanakan tugas-tugasnya, dan sebagainya.
5.      Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi sering pula menjadi sumber bagi diketemukannya masalah penelitian. Lebih-lebih dalam ilmu-ilmu social, hal yang demikian itu seing terjadi. Mungkin pengalaman pribadi itu berkaitan dengan sejarah perkembangan dan kehidupan pribadi, mungkin pula berkaitan dengan kehidupan professional.
6.      Perasaan intuitif
Tidak jarang terjadi, masalah penelitian itu muncul dalam pikiran ilmuan pada pagi hari setelah bangun tidur, atau pada saat-saat habis istirahat. Rupanya selama tidur atau istirahat itu terjadi semacam konsolidasi atau pengendapan berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti itu, yang lalu muncul dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan atau masalah.
Apa pun sumbernya, masalah penelitian itu hanya akan muncul atau dapat diidentifikasikan kalau calon peneliti cukup “berisi”. Orang yang masih “kosong”, yaitu yang miskin akan pengetahuan mengenai sesuatu cabang ilmu hampir tidak mungkin, atau sekurang-kurangnya sulit, untuk menemukan masalah penelitian.   
3.    Karakteristik dalam Mengidentifikasi Masalah
Secara fungsional masalah penelitian mempunyai arti penting bagi para peneliti. Masalah penelitian dapat digunakan sebagai pedoman kegiatan di lapangan. Mengingat pentingnya posisi tersebut, para peneliti dilanjutkan untuk mengetahui ciri-ciri permasalahan yang baik serta layak untuk diteliti. Ciri-ciri permasalahan tersebut diantaranya , yaitu dapat diteliti, mempunyai menfaat teoretis maupun manfaat praktis, dapat diukur, sesuai dengan kemampuan dan keinginan peneliti. Beberapa karakteristik tersebut akan dijabarkan seperti berikut:
1. Dapat diteliti 
Suatu permasalahan dapat dikatakan dapat diteliti atau researchable, apabila masalah tersebut dapat diungkap kejelasannya melalui tindakan koleksi data dan kemudian dianalisis. Sebagai contoh dalam bentuk apakah informasi pekrjaan dapat diberikan kepada para pencari kerja? Seorang peneliti tidak akan dapat memberikan jawaban secara pasti. Oleh katena itu, guna menperoleh jawaban tersebt mereka mencari infrmasi dengan beberapa cara, misalnya:
a.        Bertanya pada responden, dengan melakukan wawancara, dengan orang-orang yang terlibat langsung, para pimpina dikantor tenaga kerja, atau para pakar yang menguasai bidang ketanagakerjaan.
b.      Melakukan observasi langsung dimana para pencari kerja berada, yaitu ditempat-tenpat pendaftaran tenaga kerja baik di kabupaten maupun di provinsi.
c.       Melakukan studi kepustakaan dengan buku, selebaran, dan dokumentasi yang berkaitan erat dengan masalah tenaga kerja.
d.      Menggunakan angket dan menyebarkannya kepada responden yang terkait.
2.   Mempunyai kontribusi signifikan
Ciri-ciri suatu masalah penelitianyang kedua adalah mempunyai kontribusi nyata. Masalah penelitian dikatakan baik jika itu mempunyai manfaat bagi peneliti yang bersangkutan maupun bagi masyarakat pada umumnya. Ada dua manfaat yang perlu dalam mengidentifikasi masalah, yaitu manfaat teoretis yang berkaitan erat dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan yang kedua, yaitu manfaat praktis yang langsung dapat digunakan atau dirasakan oleh masyarakat. Penelitian tentang teknologi terapan bidang pertanian infustri, dan usaha adalah contoh-contoh penelitian terapan yang lebih banyak menfaatnya bagi kepentingan manusia dalam memecahkan persoalan hidup menjadi lebih baik.
3.   Dapat didukung dengan data empiris
Karakteristik yang ketiga yang juag penting untuk dipertimbangkan adalah fenomena masalah tersebut dapat diukur baik secara kuantitatif maupun secara empiris. Ukuran empiris atau ukuran yang didasarkan pada fakta yang dapat dirasakan oleh orang yang terlibat mempunyai peranan penting. Karena dukungan data empiris memberikan hubungan yang erat antara fakta dan konstruk suatu fenomena. Permasalahan akan lebih kuat lagi perlunya untuk didukung dengan data enpiris, jika peneliti ingin mendudukkan penelitian kuantitatif lebih mendasarkan pada sesuatu variable yang harus didasarkan pada hokum positif, empiris, dan terukur. Permasalahan yang tidak didukung dengan data empiris dan tidak diukur hanya jatuh pada kategori common sense yang sulit untuk ditindaklanjuti dalam proses pengumpulan data.
4.   Sesuai dengan kemampuan dan keinginan peneliti
Karakteristik yang menganjurkan  perlunya peneliti menyesuaikan kemampuan dan sesuai keinginannya. Permasalahan yang mempunyai tiga karakteristik diatas akan memberikan keyakina untuk dapat meneliti dan mengumpulkan data pendukung. Sedangkan karakteristik terakhir memberikan kepercayaan bahwa apa yang hendak dilakukan dilapangan akan berhasil, karena data yang ada dilapangan dan kemampuan peneliti untuk mengumpulkan dan kemudian menganalisisnya sampai hasil penelitian dapat diperoleh. Keinginan penulis juga mempunyai peranan peranan penting dalam mendukung terselesaikannya penelitian. Karena penelitian adalah kegiatan yang menyangkut kemampuan. Dan kemampuan tanpa keinginan maka mungkin saja proses penelitian berlarut-larut dan akhirnya merugikan si peneliti sendiri.
Dalam dunia nyata banyak masalah yang harus diselesaikan dengan segera dalam waktu tertentu, namun tidak semua masalah tersebut dapat diangkat menjadi maslaah penelitian. Oleh karena identifikasi masalah merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Selanjutnya Notohadiprawiro (2006) menjelaskan bahwa setelah masalah-masalah diidentifikasi, belum menjadi jaminan bahwa semua masalah tersebut layak dan sesuai untuk diteliti. Sehingga perlu dipilih salah satu atau beberapa masalah yang paling baik dan layak untuk diteliti.
Menurut Suryabrata (2000), beberapa kesalahan yang terjadi dalam memilih permasalahan penelitian antara lain:
1.      Permasalahan penelitian tidak diambil dari akar masalah yang sesungguhnya
2.      Permasalahan yang akan dipecahkan tidak sesuai dengan kemampuan peneliti baik dalam penguasaan teori, waktu, tenaga dan dana.
3.      Permasalahan yang akan dipecahkan tidak sesuai dengan faktor-faktor pendukung yang ada.
Untuk itu perlu diperhatikan beberapa pertimbangan dalam memilih masalah yang akan digunakan sebagai dasar penelitian. Berdasarkan Suryabrata (2000), pertimbangan pemilihan masalah ini dapat dilakukan dengan 2 arah  yaitu:
1. Dari Arah Masalahnya
Pertimbangan kelayakan berdasarkan arah masalah atau sudut obyektifnya atau nilai penelitiannya. Apakah penelitian memberikan sumbangan kepada pengembangan dan penerapan IPTEKS atau pemecahan masalah praktis ?
2.  Dari Arah Penelitinya
Pertimbangan berdasarkan kelayakan dan kesesuaian penelitinya menyangkut kelayakan biaya, waktu, sarana, kemampuan keilmuan
Sedangkan menurut Notohadiprawiro (2006), beberapa pertimbangan dalam pemilihan masalah diuraikan menjadi 3 hal yaitu:
1.    Pertimbangan Ilmiah:
a.    Apakah masalah tersebut dapat diteliti secara ilmiah? Yaitu masalah yang realitasnya dapat diamati dan datanya tersedia dan dapat dikumpulkan.
b.    Apakah masalah tersebut memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan?
c.    Dengan metode bagaimana masalah dapat diteliti?
2.    Pertimbangan Non-Ilmiah:
a.    Apa manfaat hasil penelitian bagi kepentingan praktis atau masyarakat?
b.    Apakah masalah terlalu peka untuk diteliti?  Resistensi sosial, budaya, ideologi
3.    Pertimbangan Peneliti:
a.    Penguasaan teori dan metodologi
b.    Minat peneliti terhadap masalaah
c.    Kemampuan pengumpulan dan analisis data
d.   Ketersediaan waktu, dana dan sumberdaya
Setelah masalah diketahui, selanjutnya dibuat suatu rumusan masalah. Rumusan masalah dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah (Suryabrata, 2000).

Referensi:
Basrawi dan Ismi Yuliana. 2011. Makalah : Penelitian Pendidikan Matematika
Indriantoro, N dan B. Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Bisnis. Yogyakarta: BPFE.
Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
Notohadiprawiro, T. 2006. Metode Penelitian dan Penulisan Ilmiah. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara
Suryabrata, Sumadi. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Pers

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...